MENGAPA KITA MENULIS?
BY
AIDA MA
Jika singgah ke toko buku, mungkin
kita akan menemukan karya-karya baru, tentu saja dengan penulis pendatang baru
yang muncul di dunia literasi Indonesia, termasuk penulis cilik seperti
adik-adik semuanya. Mereka bahkan memiliki karya dalam bentuk cerita bergambar
bahkan novel yang ditulis oleh anak remaja SMP, buku penulis cilik yang paling
terkenal terbitan mizan saat ini adalah KKPK (Kecil-kecil Punya Karya). Saya
yakin, adik-adik semua juga ingin memiliki karya seperti mereka bukan? J
Pernahkah terpikir mengapa kita
harus menulis? Hanya untuk sebuah kesenangan sajakah atau hanya untuk
iseng-iseng saja? Atau menjadi sebuah trend yang saat ini sedang “in” bahwa
memiliki kegiatan sebagai seorang penulis adalah kegiatan yang keren. Baiklah,
sekarang kita lihat beberapa alasan mengapa kita harus menulis.
Pertama, Percaya tidak, bahwa menulis
mampu membuat kita abadi?
Bagi yang pernah menonton Surat
Kecil untuk Tuhan, diangkat dari kisah gadis remaja bernama Gita atau disapa
Keke, kisah yang sangat menyentuh tentang seorang gadis yang mengalami Kanker
otot lunak, Keke menuliskan kisahnya dalam catatan hariannya, kemudian dicetak
menjadi sebuah novel motivasi tentang perjuangan hidupnya melawan kanker.
Keke sudah tiada bukan? Namun
catatan hariannya masih bisa kita baca walaupun ia telah tiada. Inilah yang
dimaksud, bahwa menulis membuat kita abadi. Sama juga dengan penulis-penulis
hebat seperti Pramudya Ananta Toer, meski beliau sudah tiada, namun
karya-karyanya masih bisa kita nikmati sampai sekarang. Itulah salah satu
kehebatan dari menulis.
Kedua, Menulis bisa menjadi obat penenang
hati, bagi yang suka “galau” pasti suka coret-coret buku catatan
pelajarannya, kadang-kadang suka menulis puisi hingga cerpen, biasanya setelah
puas corat coret sana sini, hati ini terasa lebih tenang. Benar tidak? :D
Memang kenyataannya, menulis banyak
digunakan sebagai therapy untuk pemulihan jiwa. Penelitian di Inggris
mengungkapkan bahwa menulis bisa dijadikan obat ketika hati kita gundah tentu
saja setelah membaca Qur’an atau shalat sunnah. Makanya tak heran jika
adik-adik merasa lebih tenang setelah puas marah –marah, sedih, kesal atau
berteriak lewat tulisan.
Ketiga, menulis membuat kita berpikir lebih
sistematis, bahasa gampangnya seperti ini. Bagi orang yang terbiasa
menulis, tentu dalam pikirannya memikirkan bagaimana memulai sebuah tulisan.
Misalnya, ketika hendak menulis cerpen, maka yang akan terpikirkan dalam
pikirannya, apa tema dan judul cerita ini, siapa tokoh cerita, apa konflik atau
masalah yang dialami oleh si tokoh, lalu bagaimana menyelesaikan masalah si
tokoh cerita.
Kebiasaan berpikir berurutan seperti
di atas biasanya akan ikut hadir dalam kehidupan kita sehari-hari. Setiap
bangun pagi, kita akan memikirkan terlebih dahulu apa hal utama yang harus
dikerjakan, hingga setidaknya kita menutup hari itu dengan hal-hal prioritas
yang sudah diselesaikan (Insya Allah).
Keempat, menulis mengurangi kemungkinan
penyakit pikun. Dalam Islam
perintah utama yang disampaikan kepada Rasulullah adalah membaca. Setelah
membaca bermacam-macam buku, agar kita tidak mudah lupa, maka kita disarankan untuk menuliskannya
kembali.
Mengapa kita harus menuliskannya
kembali? Karena kapasitas otak manusia untuk mengingat hingga ke hal-hal yang
detil sangat terbatas. Makanya kita perlu menuliskannya kembali agar semua ide
di kepala kita tidak hilang begitu saja.
Sekarang, siapkah adik-adik untuk
untuk menjadi abadi? Marilah kita mulai menulis, menulis dari hal-hal yang
kecil, tentang kegiatan sehari-hari atau sebuah puisi dan cerpen. Untuk itu
jangan lupa kemana pun pergi bawalah buku kecil dan pulpen sebagai penampung
awal ide-ide yang sudah menumpuk di kepala kita masing-masing.
Selamat menulis… J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar