Rabu, 06 Juni 2012

Mengapa Kita Menulis?


MENGAPA KITA MENULIS?

BY

AIDA MA


           
            Jika singgah ke toko buku, mungkin kita akan menemukan karya-karya baru, tentu saja dengan penulis pendatang baru yang muncul di dunia literasi Indonesia, termasuk penulis cilik seperti adik-adik semuanya. Mereka bahkan memiliki karya dalam bentuk cerita bergambar bahkan novel yang ditulis oleh anak remaja SMP, buku penulis cilik yang paling terkenal terbitan mizan saat ini adalah KKPK (Kecil-kecil Punya Karya). Saya yakin, adik-adik semua juga ingin memiliki karya seperti mereka bukan? J

            Pernahkah terpikir mengapa kita harus menulis? Hanya untuk sebuah kesenangan sajakah atau hanya untuk iseng-iseng saja? Atau menjadi sebuah trend yang saat ini sedang “in” bahwa memiliki kegiatan sebagai seorang penulis adalah kegiatan yang keren. Baiklah, sekarang kita lihat beberapa alasan mengapa kita harus menulis.

            Pertama, Percaya tidak, bahwa menulis mampu membuat kita abadi?

            Bagi yang pernah menonton Surat Kecil untuk Tuhan, diangkat dari kisah gadis remaja bernama Gita atau disapa Keke, kisah yang sangat menyentuh tentang seorang gadis yang mengalami Kanker otot lunak, Keke menuliskan kisahnya dalam catatan hariannya, kemudian dicetak menjadi sebuah novel motivasi tentang perjuangan hidupnya melawan kanker.

            Keke sudah tiada bukan? Namun catatan hariannya masih bisa kita baca walaupun ia telah tiada. Inilah yang dimaksud, bahwa menulis membuat kita abadi. Sama juga dengan penulis-penulis hebat seperti Pramudya Ananta Toer, meski beliau sudah tiada, namun karya-karyanya masih bisa kita nikmati sampai sekarang. Itulah salah satu kehebatan dari menulis.

            Kedua, Menulis bisa menjadi obat penenang hati, bagi yang suka “galau” pasti suka coret-coret buku catatan pelajarannya, kadang-kadang suka menulis puisi hingga cerpen, biasanya setelah puas corat coret sana sini, hati ini terasa lebih tenang. Benar tidak? :D

            Memang kenyataannya, menulis banyak digunakan sebagai therapy untuk pemulihan jiwa. Penelitian di Inggris mengungkapkan bahwa menulis bisa dijadikan obat ketika hati kita gundah tentu saja setelah membaca Qur’an atau shalat sunnah. Makanya tak heran jika adik-adik merasa lebih tenang setelah puas marah –marah, sedih, kesal atau berteriak lewat tulisan.

            Ketiga, menulis membuat kita berpikir lebih sistematis, bahasa gampangnya seperti ini. Bagi orang yang terbiasa menulis, tentu dalam pikirannya memikirkan bagaimana memulai sebuah tulisan. Misalnya, ketika hendak menulis cerpen, maka yang akan terpikirkan dalam pikirannya, apa tema dan judul cerita ini, siapa tokoh cerita, apa konflik atau masalah yang dialami oleh si tokoh, lalu bagaimana menyelesaikan masalah si tokoh cerita.

            Kebiasaan berpikir berurutan seperti di atas biasanya akan ikut hadir dalam kehidupan kita sehari-hari. Setiap bangun pagi, kita akan memikirkan terlebih dahulu apa hal utama yang harus dikerjakan, hingga setidaknya kita menutup hari itu dengan hal-hal prioritas yang sudah diselesaikan (Insya Allah).

            Keempat, menulis mengurangi kemungkinan penyakit pikun.  Dalam Islam perintah utama yang disampaikan kepada Rasulullah adalah membaca. Setelah membaca bermacam-macam buku, agar kita tidak mudah lupa,  maka kita disarankan untuk menuliskannya kembali.

            Mengapa kita harus menuliskannya kembali? Karena kapasitas otak manusia untuk mengingat hingga ke hal-hal yang detil sangat terbatas. Makanya kita perlu menuliskannya kembali agar semua ide di kepala kita tidak hilang begitu saja.

            Sekarang, siapkah adik-adik untuk untuk menjadi abadi? Marilah kita mulai menulis, menulis dari hal-hal yang kecil, tentang kegiatan sehari-hari atau sebuah puisi dan cerpen. Untuk itu jangan lupa kemana pun pergi bawalah buku kecil dan pulpen sebagai penampung awal ide-ide yang sudah menumpuk di kepala kita masing-masing.

            Selamat menulis… J



            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar